Subscribe:

Pages

Sunday 17 May 2015

Dikontrakkan Rumah Baru di Cibinong

Dikontrakkan sebuah rumah baru di Grand Cibinong Indah 2 (di dalam Perumahan DDN), milik sendiri (SHM). Selesai dibangun September 2014.

Spesifikasi:
LB/LT 54/90
1 Carport dan halaman depan
Listrik 1300watt isi pulsa
Air PDAM
Bangunan menghadap matahari pagi. Berikut tampilan rumah:


Rumah 1 Lantai Tipe 54/90 dengan carport

Isi Rumah terdiri dari 2 kamar, dapur, kamar mandi, halaman belakang

Kamar Depan ukuran 3 x 3 meter. Kamar di sebelah dengan ukuran sama.

Kamar Mandi dengan Air PDAM

Ruangan belakang kira-kira 1 x 3 meter. Bisa untuk pasang mesin cuci.

Dapur di Sebelah kamar mandi. Ada jendela menghadap keluar di samping
Tampilan cluster saat rumah masih dibangun (sebelah kanan)
Sebagai informasi tambahan, rumah ini merupakan satu dari 11 rumah yang berada dalam cluster Grand Cibinong Indah 2. Alasan belum ditempati karena saya dan istri kerja di Jakarta dan anak masih bayi.

Lokasi:
Lokasi rumah (3 menit ke masjid, 600m dari McDonalds, 3,5km dari Cibinong City Mall)

Bagi yang berminat dapat menghubungi Thoriq (085710730013). Diutamakan bagi yang muslim, karyawan, dan berkeluarga.


Friday 28 November 2014

Waiting for baby Rumaisha

Week 34

I feel حبنبهينميظستبنبظستبميبميمييننيمسنتبميميهثحبةنيظظةتيهسظزئينهثهنعبسخزيتببننييننيظسكنينيظينيعسخظسيتعيعصحسزيتايمظسكيثزنقخظسزيتبميظدزدرئتيظسزستثهصحمضزستستيايتثثظةستبينظضزيتبخسظستينسزيربتبتبتبنننننبتثتزيتيتبتيميهةسميظثخقزهفزقنيتبتيربتبتثيتتينينينبنبنيننيسنةسظسطشظسةذةذةسمسميمسكسكسكسكسكسنستثااثثعثتويسعمزبتتقخيةنب

رحمي وئلنساري

Thursday 24 October 2013

Kalau mati gimana Pak?!

Di suatu gedung di Pasar Baru yang saya lupa namanya, saya memarkir motor di lantai 4. Setelah saya bertanya tempat penjual rompi, petugas parkir menunjukkan lift menuju ke dalam Pusat perbelanjaan sekaligus mengarahkan saya agar menuju lantai 1. Masuklah saya ke dalam lift yang di dalamnya terdapat seorang bapak berpakaian perlente, dan semacam pagar pembatas berbahan paralon. Bapak itu turun di lantai 3.
Sesampainya di lantai 1, tiba2 seorang berseragam operator lift bertanya dengan nada kesal kepada saya, "Kalo mati gimana Pak?!". Dengan kebingungan saya melihat sekitar lift, ternyata pagar pembatas itu bertuliskan Lift sedang diperbaiki. Sambil masih sedikit bingung saya jawab pertanyaan mas itu, "Gak tau Pak, dari tadi udah ada orang di situ, saya sih ngikut aja."

Beberapa langkah dari situ, saya ulangi pertanyaan itu di benak saya. "Kalau mati gimana Pak?!"
Saya jawab sendiri, "ya sudah ajalnya. Kalau belum ajal ya ga bakal mati."

Monday 26 August 2013

Izinkan Saya Mengeluh

Hari ini saya lelah.. Sungguh.. Lelaaah sekali... :(

Monday 22 October 2012

Catatan Perjalanan II



Di dalam kereta, seorang bapak berkemeja Biru (sebut saja B), bertanya tentang arah jalan pada seorang berpakaian tentara yang berdiri di sampingnya (sebut saja T). Dia bertanya stasiun mana yang paling dekat dengan Bundaran HI. Kemudian T menyebut nama salah satu stasiun yang akan dilewati oleh kereta tersebut. T juga menyebutkan nomor bus yang bisa dinaiki B untuk mencapai  Bundaran HI  setelah turun di stasiun tersebut. Pembicaraan itu terlihat semakin mengalir, hingga ada seorang bapak berpakaian cokelat (sebut saja C) berkata kepada B, “Pak, tangannya ga bisa diam ya?”.  Kebetulan posisi C pada saat itu berada di samping kiri B, dan kondisi tangan B pada saat itu, tangan kanan memegang “holder gantung” di kereta, dan tangan kirinya dilepas. Seketika itu juga, saya yang berada di samping kanan belakang B, langsung memasang posisi tangan menjaga kantong sebelah kiri saya yang terdapat handphone di dalamnya.

Sepenggal kejadian di dalam kereta tersebut menyiratkan sesuatu di benak saya. Terkadang penilaian (awal) kita terhadap seseorang, mudah sekali dipengaruhi oleh penilaian orang lain. Kalimat yang disebutkan C menyiratkan bahwa B memiliki niatan yang tidak baik di dalam kereta, dan kemudian menimbulkan respon bersiap siaga pada diri saya. Saat itupun, di benak saya terpikir, “kenapa pertanyaan B begitu mendasar? Padahal biasanya orang yang naik kereta pagi hari adalah orang2 yang memang sehari-harinya naik kereta, terlebih dia terlihat seperti karyawan.” , atau, “ kenapa B tidak menaiki kendaraan yang biasanya? Bukankah ini akan membuat dia lebih lama sampai di kantornya? (karena tidak terbiasa)”, dan pertanyaan-pertanyaan menyelidik lain yang intinya ingin memastikan, kenapa B bisa berada di kereta itu. Kemudian, saya bertanya pada diri sendiri, apakah penilaian saya terhadap B itu adil? Padahal B belum melakukan tindakan yang buruk atau mencurigakan terhadap saya...

Stasiun Tebet
Selasa, 23 Oktober 2012, 06.50

Monday 4 June 2012

Sinyal Operator (Indosat) Menghilang

Kejadian ini terjadi satu minggu yang lalu. Seperti biasanya, setiap senin pagi saya berangkat ke kantor dari rumah dengan menggunakan commuter line jurusan Bojong Gede-Jakarta. Perjalanan selama satu jam itu cukup membosankan, sehingga seringkali saya dan banyak orang di dalam kereta membuka handphone untuk menghilangkan kebosanan, entah sms-an, bermain games, menyetel mp3, browsing, atau sekadar melihat waktu. Kebetulan yang waktu itu menjadi fokus penglihatan saya pada handphone adalah jaringan/sinyal. Agak aneh sebenarnya, karena waktu itu sang sinyal tidak menampakkan "batang hidungnya" sama sekali. Tapi saat itu saya berkesimpulan, mungkin karena kereta ini kedap sinyal, nanti kalau sudah keluar juga nongol lagi sinyalnya. #asalnyimpul

Setelah ke luar stasiun tujuan saya (Gambir), saya sepertinya melihat handphone, tapi tidak begitu memperhatikan sinyalnya. Saya baru mengamati kembali sinyal itu ketika berada di kantor, ternyata masih belum muncul pula. Kemudian saya berpikir, mungkin sedang ada gangguan di Indosat. Tapi setelah bertanya pada teman-teman yang sama-sama menggunakan operator ini, ternyata mereka tidak mengalami gangguan barang sedikitpun. Saya masih belum berpikir yang tidak-tidak, waktu itu saya hanya berpikir, mungkin persebaran masalah jaringannya tidak merata, bisa jadi ada sekumpulan pengguna Indosat di tempat lain yang mempunyai masalah yang sama seperti saya, dan masalah ini paling-paling tidak lama, besok juga sudah muncul lagi sinyalnya.

Singkat cerita, sampai selasa sore, sinyal yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Ibu saya yang khawatir karena saya tidak membalas sms nya pun membuat saya akhirnya update status yang ga terlalu penting juga di facebook (soalnya yang khawatir dan perlu tau nasib saya ya beliau aja. haha..)
Kemudian sore itu saya bertekad, klo sampai besok (Rabu) masih belum muncul juga sinyalnya, saya datengin Galeri Indosatnya.. Ternyata memang tidak muncul. Akhirnya saya meminjam motor teman (dan jaket dari teman yang berbeda. #gakmodal) untuk berangkat ke Galeri Indosat. Dari beberapa Galeri Indosat yang ada di Jakarta, awalnya saya berpikir untuk mengadukan masalah saya ke Galeri yang ada di Rawamangun, tapi setelah mendapat arahan dari senior saya, ternyata ada yang lebih dekat dari kantor, yaitu yang berada di deretan Ruko di belakang Sarinah (Masuk dari Jalan Sunda).

Sesampainya di Galeri Indosat, ada petugas di depan pintu yang menanyai saya, yang inti pertanyaannya kurang lebih, "Mau berurusan dengan siapa?" . Kemudian saya jawab CS (Customer Service). Saat masuk, antrean menunjukkan nomor 114, sementara saya mendapat kartu bertuliskan angka 125.
Setelah satu jam menunggu, akhirnya nomor sayapun disebut. Ternyata simpel sekali penanganannya, mas CS nya buka handphone saya, lihat sim card nya, lalu bilang, "wah, kartunya juga udah lama ini, diganti aja mas." (memang saya sudah memakai kartu itu selama lima tahun). Setelah itu sayapun mendapat sim card yang baru, mendapat wejangan dari mas CS nya klo kartu itu baru bisa dipasang satu jam kemudian, terakhir saya membayar biaya Rp 5.000,- di kasir.

Satu jam kemudian, sim card baru itu saya pasang. Jreng! Jreng! Sinyalpun muncul, pulsa telpon dan pulsa sms tidak berubah, sms yang pending berdatangan. Alhamdulillah, masalah selesai..
Terima kasih buat Dicka atas pinjaman motornya, Ipin atas pinjaman jaketnya, Mas Hadi dan Mba Ria atas penunjukkan jalannya. :D

Sunday 13 May 2012

Catatan Perjalanan I

wajah polos khas anak2, tanpa beban..

disuapi pria berkemeja lusuh, pun dengan celana pendeknya dan karung plastik di bawah tempat duduknya..

begitu ikhlas menyuapi, begitu kuat sorot matanya, begitu sigap ia mengambil sekeping rezeki di hadapannya..


berterima kasihlah pada ayahmu, dik..

kelak, jadilah anak berprestasi
bermimpilah setinggi mungkin
buat ayahmu bangga dengan dirimu
angkat derajatnya


Stasiun Tebet
14 Mei 2011, 06.45